Rabu, 01 Juni 2011

PENDIDIKAN ENTREPRENEURSHIP HARUS DIMULAI SEJAK DINI

Menjadi entrepreneur tidaklah bisa secara instant dalam sekejap. Motivasi yang kuat adalah modal utama untuk menjadi seorang entrepreneur disamping keberanian dan ketekunan yang harus dimiliki oleh seorang calon entrepreneur. Berani mengambil resiko rugi, tekun dan ulet dalam menjalankan usahanya sehingga menjadi entrepreneur yang tangguh tidak pantang menyerah. Hal ini akan baik manakala dibina sejak dini (anak).

            Lingkungan adalah factor utama yang mempengaruhi perkembangan anak. Lingkungan bisa lingkungan keluarga maupun sekolah. Banyak anak yang menjadi entrepreneur karena berasal dari keluarga entrepreneur. Hal ini dikarenakan si anak sudah terbiasa dengan kesehariannya melihat bagaimana kegiatan orangtuanya dalam menjalankan kegiatan usahanya. Mindset anak menjadi tertanam dengan sangat kuat ketika dewasa kelak. Meskipun tidak jarang juga anak yang berasal dari latar belakang keluarga seorang entrepreneur namun ketika dewasa ia tidak menjadi entrepreneur.
            Disamping Orang tua, guru memegang peranan yang sangat penting dalam mendidik atau menanamkan kedalam mindset anak untuk menjadi seorang entrepreneur. Hal ini dikarenakan sebagian besar waktu anak dihabiskan disekolah dan kekuatan dari seorang guru. Guru hendaknya membina dan menumbuh kembangkan jiwa entrepreneurship ke anak, guru harus memberikan fasilitas dan kreatif dalam membina anak. Guru dalam mengajar harus bisa mengaitkan apa yang diajarkan dengan hal – hal yang berkaitan dengan  entrepreneurship. Entrepreneurship sangat dibutuhkan oleh anak karena jika ini diberikan oleh guru secara kontinyu lambat laun akan tertanam di mindset anak tentang entrepreneurship. Kelak ketika dewasa nanti anak akan terbiasa dengan entrepreneurship dan yang terpenting lagi anak tidak akan takut dengan resiko akan rugi.
Sekolah sebagai tempat para guru mengcreat ide entrepreneurship kepada anak harus mensupport melalui program – programya. Program – program tersebut bisa melalui kurikulum pendidikannya ataupun kegiatan kesiswaan yang mengarah kepada kewirausahaan. Support sekolah ini kunci dari keberhasilan guru karena bagaimana mungkin guru menanamkan jiwa entrepreneurship kepada anak jika sekolah tempatnya mengajar tidak mempunyai kurikulum ataupun kegiatan kesiswaan yang berkaitan dengan entrepreneurship.
Masuknya nilai – nilai entrepreneurship pada kurikulum sekolah mewajibkan guru untuk selalu mengaitkan pelajaran yang diajarkan terlepas bidang studi apapun yang diajarkan untuk selalu dikaitkan dengan entrepreneurship. Hal ini yang akan membuat anak mempunyai banyak pengetahuan entrepreneurship. Kegiatan sekolah yang berkaitan dengan entrepreneurship merupakan penyeimbang bagi anak untuk menerapkan apa yang ia peroleh dari pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut. Misal saat pelajaran matematika guru bisa mengajarkan pelajaran uang sehingga anak mengetahui tentang nilai uang serta contoh – contoh penggunaannya. Dari pelajaran tadi sekolah membuat kegiatan yang membuat anak – anak kreatif dalam menerapkan ide – ide polosnya. Misalnya anak diminta untuk membuat sesuatu kemudian diminta untuk menghitung berapa modal yang dibutuhkan kemudian jika sudah jadi anak diminta untuk menjual hasil karyanya tersebut. Penjualan bisa dilakukan kepada siapa saja, bisa kepada teman – temannya, gurunya, wali murid, ataupun masyarakat umum. Dari contoh tadi disamping anak secara tidak sadar telah belajar menjadi seorang entrepreneur. Dalam proses pembuatan pembuatan sampai penjualan tadi anak pasti mengalami banyak hal. Ini yang menjadikan pengalaman dari anak tersebut. Mulai dari bagaimana ia mencari ide, menuangkannya menjadi nyata kemudian bagaimana ia menjualnya. Bukan tidak mungkin hasil akhirnya anak tidak selalu untung atau mengalami kerugian dari apa yang telah ia lakukan tadi. Tapi jika hal ini guru dan sekoalh bisa secara kontinyu mensupport kegiatan – kegiatan atau pola pembelajaran yang seperti ini maka sepuluh atau dua puluh tahun yang akan anak – anak tadi akan menjadi entrepreneur – entrepreneur yang sukses. Kegiatan seperti ini ibarat pepatah”seta;li tiga uang”, selain anak belajar menjadi entrepreneur anak juga tetap belajar pelajaran yang telah diberikan oleh gurunya disekolah. Misalnya ia telah menggunakan pengetahuannya tentang nilai uang untuk pelajaran matematika, berani berbicara pada saat menjualkan barangnya untuk pelajaran bahasa Indonesia dan lain sebagainya.
Tidak kalah penting adalah support dari orang tua si anak. Support orang tua kepada anaknya bisa berupa memberikan modal kepada si anak untuk menciptakan atau mengcreat benda sehingga bisa dijual. Selain modal support orang tua yang lain adalah dalam bentuk motivasi bahwa si anak. Bentuk motivasi itu antara lain bisa berwujud ucapan selamat ketika penjualan si anak mengalami keuntungan atau dorongan semangat untuk pantang menyerah atau membantu menganalisa kenapa rugi jika si anak mengalami kerugian. Support yang seperti ini sangat membantu bagi si anak karena dengan support anak akan semakin semangat manakala ia mendapatkan keuntungan dari usahanya tadi dan tidak patah semangat jika mengalami kerugian.
Sekolah dan orang tua merupakan kunci sukses dari program entrepreneurshipsejak dini ini. Sekolah sebagai wadah bagi anak mendapatkan ilmu dan menerapkan ilmunya untuk melatih kembangkan jiwa entrepreneurshipnya, orangtua sebagai motivator bagi si anak. Jika ini bisa diwujudkan pada semua atau sebagaian besar masyarakat dan sekolah – sekolah di Indonesia maka generasi entrepreneur yang kuat tidak akan kekurangan. Entrepreneur yang kuat dan dengan jumlah yang banyak membuat bangsa ini semakin kokoh dalam menjaga stabilitas ekonomi bangsa. Ekonomi yang stabil membuat bangsa ini kuat terhadap badai krisis keuangan ataupun krisis global yang terjadi saat ini. Di samping menjaga stabilitas ekonomi bangsa dengan banyaknya Entrepreneur banyak memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat luas.

0 komentar:

Posting Komentar